TRANSLASI MATA UANG ASING - Evaluasi
dan pemilihan metode translasi mata uang asing.
Evaluasi dan pemilihan metode
translasi mata uang asing. Metode konversi mata uang
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
Diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1.
Metode Current/Non current
Metode
ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang.
Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang
perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini,
yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak
lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs
histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban
terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal
kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi
(translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current.
Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local
berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode
tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
2.
Metode Monetary/non monetary
Asset
moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka
panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang)
dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang,
asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3.
Metode temporal
Dengan
menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi
pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut
suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi
saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi
pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya. Metode ini merupakan
modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode
moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs
histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan
kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila
persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara
teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories
ataukah pasar). Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs
rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan
depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs
histories (harga di masa lalu).
4.
Metode Current rate
Metode
ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi
dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan
Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh
perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi
dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan
kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan
kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi dengan mata uang asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah
transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata
uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu
perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam
suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam
mata uang asing. Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu
mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami
mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang
fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang
lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan
arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri
sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang
menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan
mengeluarkan uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan
demikian mata uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu
perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya. Untuk
menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu
mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak
perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik
Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak
perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur
transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS,
mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk
perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi
diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar